IBADAH-IBADAH RINGAN, RAMADAN TETAP MENYENANGKAN
Oleh : Saikhul Hadi
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bangsal
Pimred Kalam Maja
Apa yang terbayang ketika Ramadan datang? Pastilah durasi ibadah mahdoh yang panjang, berat, dan melelahkan. Acapkali kita mendengar ceramah para ustad yang seakan ‘mewajibkan’ mengisi malam Ramadan dengan salat semalam suntuk. Atau juga harus khatam al quran sekian kali. Lalu berlanjut iktikaf sekian hari di masjid.
Memang, Ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan pahala berlimpah. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadan. Namun sering kali mind set kita sudah terpaku dengan ibadah yang berat dan menguras tenaga, seperti di atas.
Benarkah demikian? Bukankah Rasul adalah tokoh yang selalu memilih hal yang ringan daripada yang berat? Allah pun demikian. Dia memerintahkan untuk memudahkan, bukan sebaliknya. Begitu juga dalam urusan ibadah.
Menjalankan ibadah di bulan Ramadan, tidak selalu harus melakukan amalan yang berat dan memakan waktu lama. Allah Swt. telah menyiapkan amalan-amalan ringan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kesusahan dan berat dalam menjalankan ibadah-ibadah biasa. Sehingga siapapun tetap bisa menjalani ibadah Ramadan dengan menyenangkan.
Berikut beberapa amalan ringan namun tetap dihitung sebagai ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Swt pada bulan Ramadan.
Pertama, mengerjakan amalan-amalan yang ringan namun konsisten. Misalnya salat rawatib. Salat ini ringan sekali, karena bisa dilakukan di waktu yang sama sebelum/setelah shalat fardu, tanpa harus menyediakan waktu lain.
Selanjutnya adalah membaca Al-Qur’an di setiap salat fardu. Tak perlu banyak-banyak, berjuz-juz, cukup setiap salat fardu satu lembar, asalkan konsisten, kita bisa khatam 30 juz selama bulan Ramadan.
Allah Swt. mencintai setiap amalan yang konsisten, sekalipun itu adalah amalan yang ringan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim :
احب الا عمال الى الله ادومها وان قل
“Perbuatan yang paling disukai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Muslim)
Dari sini, kita bisa memahami Allah Swt lebih menghargai konsistensi dalam ibadah meskipun dalam jumlah yang sedikit. Yang paling penting saat beribadah di bulan Ramadan adalah istiqamah. Dengan begitu, Allah akan mencatatnya sebagai bagian dari menghidupkan bulan Ramadan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
“Orang yang menghidupkan bulan Ramadan, dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt., maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari)
Para ulama menyebutkan bahwa ibadah apapun yang dilakukan pada bulan Ramadan, baik itu puasa, shalat sunnah, termasuk shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, maka dihitung sebagai amalan yang termasuk dalam hadis tersebut.
Kedua, adalah bekerja dan berkarya seperti biasa pada bulan Ramadan, tentu disertai dengan puasa di siang harinya bagi yang mampu.
Beberapa orang menganggap bahwa ibadah Ramadan perlu dilaksanakan dengan giat, jika perlu dengan begadang semalaman dan libur bekerja. Hal ini tentu anggapan yang kurang tepat. Karena ibadah di malam hari hukumnya sunnah, sedangkan bekerja adalah suatu kewajiban. Menurut kaidah fikih, kewajiban tidak boleh dikalahkan oleh sunnah.
Oleh karena itu, bekerja saat bulan Ramadan dihitung ibadah, jika diniatkan untuk menghidupi keluarga dan mengharap ridha Allah Swt, serta mengharap pahala darinya. Bekerja juga bagian dari kewajiban karena berkaitan dengan hifz nafs, menjaga nyawa, apalagi jika kita bekerja untuk menjadi tumpuan keluarga. Jika kita tidak bekerja, ibadah kita dan keluarga tidak akan tenang karena kelaparan. Rasulullah Saw. bahkan menganjurkan agar kita makan dari hasil jerih payah kita.
Itulah ibadah-ibadah ringan yang bisa kita lakukan selama Ramadan. Semoga di Ramadan ini, kita bisa istiqomah dalam beribadah.
*Sumber: Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala selama Ramadan, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI: 2024