




Kab. Mojokerto (MTsN 2 Mojokerto) – MTsN 2 Mojokerto siap merealisasikan program pembelajaran Sistem Kredit Semester (SKS) yang akan dimulai tahun pelajaran 2023/2024 mendatang. Dengan dibukanya program SKS, maka MTsN 2 Mojokerto adalah madrasah pertama tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu, tim KSKK Kementerian Agama RI adakan monitoring dan pembinaan kepada guru dan pegawai tentang kesiapan pembelajaran dengan SKS tahun 2023, Kamis (06/10).
Kepala MTsN 2 Mojokerto Nur Kholis dalam sambutannya menyampaikan tujuan adanya pembelajaran SKS adalah memberikan layanan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Dan lama studi paling cepat 2 tahun dan paling lama 3 tahun.
Kepala madrasah juga sampaikan kepada Tim KSKK Kemenag RI, bahwa MTsN 2 Mojokerto sudah mempunyai kelas Multimedia di kelas 7 dan 8, kelas Olahraga di kelas 7 dan 8, kelas Unggulan 7 dan 8 serta kelas Tahfidz di kelas 7 dan 8 masing-masing 1 kelas selebihnya kelas reguler dengan masing-masing rombel 9 baik kelas 7, 8, dan 9. “Harapan kelas Multimedia dan Unggulan bisa masuk di kelas pembelajaran SKS. Dan juga tidak menutup kemungkinan di kelas reguler ada peserta didik yang potensi kecerdasannya”, terang Nur Kholis.
Tim KSKK Kementerian Agama RI Dr. H. Suwardi, M.Pd, paparkan pembelajaran SKS. SKS berlandaskan hukum Permendikbud No. 158 Th 2014 tentang Penyelenggaraan SKS Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Dan SK Dirjen Nomor 2851/2019 tentang Juknis SKS MTs. Dan dilanjutkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Madrasah.
Ia katakan program tersebut sebagai terobosan baru bagi madrasah khususnya MTsN 2 Mojokerto, agar peserta didik dengan bakat cerdas istimewa tetap bisa mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya.
“Tidak bisa dipungkiri, mereka yang mempunyai bakat cerdas istimewa jika harus belajar dengan gaya belajar, situasi dan waktu yang sama dengan program reguler, bukan mustahil akan berpengaruh pada prestasi mereka. Hal ini berkaitan dengan minat dan motivasi mereka,“ papar Suwardi.
Anak cerdas istimewah membutuhkan waktu relatif lebih singkat dalam belajar, sehingga belajar dengan program reguler cenderung membuat jenuh karena mereka harus menunggu standar umum selesai. (S. Imam)