



Selasa, 21 Maret 2023, KUA Pacet melaksanakan tasyakuran yang dikenal dengan megengan. Kata ‘Megengan’ diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadhan, bulan di mana seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain di balik acara ‘Megengan’ adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue Apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara ‘Megengan’ ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem diambil dari kata “ngafwan” atau ‘ngafwun’ yang berarti permohonan maaf. Acara Megengan yang umum dilakukan oleh masyarakat Pacet juga merupakan sebuah wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibuat oleh warga, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal disekelilingnya. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rizki yang diberikan oleh Tuhan. Dan merupakan ungkapan rasa senang menyambut datangnya bulan Ramadhan. Acara ini dipimpin oleh kepala KUA Kec. Pacet, Penghulu, Pengawas Madrasah/ Sekolah, Penyuluh Fungsional maupun non PNS, JFU, Para imamuddin Se kec. Pacet. Silaturahmi ini smoga terjalin sehingga mewujudkan keadaan yang kondusif, inilah pentingnya menghargai budaya lokal sebagai wujud moderasi beragama dan bentuk cinta tanah air demi persatuan dan kesatuan bangsa