Berikhtiyar Demi Lailatul Qadar

Oleh : Saikhul Hadi, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bangsal
Redaktur Suluh Agama, Wapimred www.ipari.or.id, Pimred Kalam Maja
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” QS. Al Qadar: 3 – 5
Kita sudah memasuki 10 hari terakhir Ramadan. Orang Jawa menyebutnya maleman. Hal ini untuk mengingatkan malam malam terakhir Ramadan jangan terlewat begitu saja. Tujuannya agar kita menghidupkan 10 malam terakhir di setiap Ramadan. 10 malam terakhir ini memang istimewa. Kenapa? Karena di sepertiga Ramadan inilah ada lailatul qadar.
Dalam satu riwayat Rasulullah memerintahkan kita untuk menggapai lailatul qadar pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadan”. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
Keutamaaan lailatul qadar digambarkan al Quran lebih baik dari seribu bulan. Redaksi 1000 bulan, menurut Quraish Shihab tidak harus mutlak 1000, tetapi menunjukkan sesuatu yang sangat banyak, bahkan tidak terbatas.
Mengenai ayat 3 surat al Qadar, As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menulis dalam kitabnya, Tafsir Al-Wajiz menjelaskan bahwa lailatul qadar yaitu malam dimana amal saleh ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain lailatul qadar.
Asbabul nuzul surat ini, menurut Jarir At-Thabari, berkaitan dengan salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan salat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan. Allah kemudian menurunkan ayat (lailatul qadri khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu.
Dan pada malam tersebut, bumi disesaki oleh para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Para malaikat mendoakan orang-orang yang beribadah di malam tersebut. Masih dalam kitab yang sama, Asy-Syaikh Az Zuhaili melanjutkan penafsiran ayat 4 dan 5 sebagai berikut: “Malaikat berbondong-bondong turun ke bumi beserta Jibril di antaranya pada malam ini atas perintah Tuhan mereka untuk menunaikan setiap perkara yang hendak dipenuhi oleh Allah di tahun berikutnya, dan memberikan kebaikan untuk orang-orang yang taat, di antaranya adalah ada yang mendoakan keselamatan mereka, memohonkan ampun dan mendoakan mereka. Malam ini adalah malam (yang penuh) kesejahteraan dan penuh kebaikan mulai permulaannya sampai terbitnya fajar.”
Lantas bagaimana kita bisa meraih lailatul qadar? Ada banyak caranya.
Diantaranya adalah dengan memperbanyak iktikaf di 10 malam terakhir. Bangunkan anak dan istri kita untuk memperbanyak ibadah. Sekalipun tidak bisa iktikaf sepanjang malam, kita bisa memperbanyak membaca al-Qur’an atau berzikir di rumah kita. Jangan sampai karena alasan tidak iktikaf, kita habiskan malam kita dengan sesuatu yang kurang bermanfaat.
Sabda Rasulullah : “Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: “Ucapkan; Allaahumma innaka ‘afuwwun kariimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku). (HR. At-Tirmidzi).
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memang harus bekerja di malam hari dan tidak sempat ber’itikaf seperti para sekuriti, sopir bis malam, atau pegawai yang mendapatkan jadwal piket malam hari? Apakah mereka bisa mendapatkan lalilatul qadar? Ya tentu bisa dengan berbagai ikhtiar ibadah. Jika mereka tidak sempat qiyamullail, mereka bisa bekerja sambil memperbanyak zikir. Zikir apa? Banyak, bisa dengan salawat. Tahlil, tasbih, tahmid atau istighfar. Jangan sampai mengabaikan begitu saja hanya karena alasan pekerjaan. Dan terlebih lagi, jangan sampai bermaksiat di malam lailatul qadar. Ingatlah bahwa pada malam itu para malaikat berdesakan turun ke bumi untuk mendoakan hamba-hamba Allah.
Sumber: Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala selama Ramadan